Berkompetisi atau berlomba untuk bidang olahraga, ilmu pengetahuan,
teknologi dan sebagainya pasti sudah tidak asing lagi bagi kita. Adakah
perintah Allah Swt dalam masalah ini? “Dan bagi tiap-tiap umat ada
kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah
(dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan
mengumpulkan kamu sekalian (pada Hari Kiamat). Sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu”. [QS. Al-Baqarah (2): 148].
Itulah terjemahan dari ayat ke 148, Al Quran Surat Al-Baqarah. Dan kandungan QS Al-Baqarah (2): 148 adalah sebagai berikut;
(1). Informasi dari Allah Swt bahwasanya setiap agama memiliki
kiblat masing-masing. Umat Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim berkiblat ke
Ka’bah. Bani Israil berkiblat ke Baitul Maqdis. Adapun Allah telah
menetapkan kiblat umat muslim adalah Ka’bah (Baitullah). Ada pula yang
mengartikan; dari arah manapun kaum Mukmin menghadapkan diri kepada
Allah, dari timur, barat, utara, selatan, tenggara, dan lain sebagainya,
niscaya dia akan berhadapan dengan Allah Swt. Semula, Rasulullah Saw
dan umatnya diperintahkan untuk menghadap ke Baitul Maqdis di Yerusalem.
Kemudian turun perintah Allah untuk mengubah arah kiblat salat ke
Ka’bah. Allah berfirman dalam surah Al- Baqarah ayat 144, yang artinya: “Kami
melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan Kami
palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu
ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja engkau berada, hadapkanlah
wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab
(Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran
dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka
kerjakan.” Sebagian ahli tafsir menyebutkan, bahwa
perubahan kiblat itu turunnya ketika Nabi Saw sedang salat zuhur di
masjid Bani Salamah pada rakaat kedua, sehingga masjid itu dinamakan
Masjid Qiblatain.
Masjid Qiblatain terletak di Quba, tepatnya di atas sebuah bukit kecil
di sebelah utara Harrah Wabrah, Madinah. Masjid Qiblatain mula-mula
dikenal dengan nama masjid Bani Salamah, karena masjid ini dibangun di
atas bekas rumah Bani Salamah. Masjid ini terletak sekitar 7 kilometer
dari Masjib Nabawi di Madinah.
Asal-usul masjid ini diawali dengan kedatangan Nabi Muhammad SAW beserta
beberapa sahabat ke Salamah untuk menenangkan Ummu Bishr binti al-Bara
yang ditinggal mati keluarganya. Ketika itu bulan Rajab tahun 2
Hijriyah, Rasulullah shalat Zhuhur di Masjid Bani Salamah. Ia mengimami
para jamaah. Dua rakaat pertama shalat Zhuhur masih menghadap Baitul
Maqdis (Palestina), sampai akhirnya malaikat Jibril menyampaikan wahyu
pemindahan arah kiblat. Wahyu datang ketika lelaki dijuluki Al-Amin ini
baru saja menyelesaikan rakaat kedua. Begitu menerima wahyu ini, Rasul
langsung berpindah 180 derajat, diikuti
oleh semua jamaah melanjutkan shalat Zhuhur menghadap Masjidil Haram.
Yang tadinya menghadap Baitul Maqdis dengan tetap melanjutkan rakaat ke
dua bersama makmum (pengikut shalat), sejak saat itu, kiblat umat Islam
berpindah dari Baitul Maqdis, Palestina (menghadap ke utara dari
Madinah), menuju Masjidil Haram (menghadap arah selatan dari Madinah).
Masjid Bani Salamah ini pun dikenal sebagai Masjid Qiblatain atau Masjid
Dua Kiblat.
(2). Perintah agar kaum Mukmin berkompetisi dalam kebaikan.
Maksud berkompetisi dalam kebaikan di sini adalah bersegera dan bergegas
dalam mengerjakan semua kebaikan yang diperintahkan Allah Swt.
Berlomba-lomba untuk tolong menolong dalam iman dan takwa serta
meninggalkan perbuatan jahat. Berbuat kebaikan di mana saja, kapan saja
dan kepada siapa saja. Misalnya, berlomba-lomba untuk melaksanakan salat
di awal waktu, menolong korban bencana alam, menjaga keamanan dan
ketertiban lingkungan, belajar yang rajin, serta berlomba-lomba dalam
bidang ilmu dan teknologi. Berlomba-lomba meninggalkan perbuatan jahat.
Setiap kebaikan akan diberikan pahala. Adapun orang yang berbuat
kejahatan akan mendapat siksa yang amat pedih dan keras. Dengan begitu,
umat Islam akan menjadi umat yang terbaik.
(3). Di mana pun manusia berada di muka bumi ini, Allah Swt Maha
Kuasa untuk mengumpulkan mereka kelak di padang mahsyar pada hari
kiamat. Allah akan meminta pertanggungjawaban manusia terhadap semua
perbuatan yang telah dilakukannya di dunia. Allah menghisab (menghitung)
perbuatan manusia di dunia. Jika timbangan amal kebaikannya lebih berat
dari kejahatannya maka Allah akan beri balasan surga. Tetapi, jika
sebaliknya maka nerakalah balasannya.
(4). Penutup ayat ini, Allah menegaskan bahwa Dia berkuasa untuk melakukan apa saja sesuai kehendaknya tanpa ada yang bisa mencegah. Karena Dia yang memiliki seluruh apa yang ada di bumi dan di langit. Dengan kekuasaannya, Dia bisa mengubah arah kiblat umat Islam. Dia juga berkuasa mengumpulkan seluruh manusia dari zaman Nabi Adam AS hingga manusia yang terakhir pada hari kiamat kelak. Dia juga berkuasa memberi balasan terhadap perbuatan manusia.
0 komentar:
Posting Komentar